Sunday, June 15, 2008

Romantisme dan Keahlian Manajerial Dalam Politik Kenegaraan dan Kebangsaan
Kamis, 12 Juni 2008
Oleh: Tamrin Kiram, Koordantor Program Studi Non-Reguler Ilmu Politik, Fisip, Unand
Kebijakan fiskal dan distribusi kesejahteraan merupakan esensi politik kenegaraan, arus modal (capital motion) yang mengalir dari suatu negara ke negara lain bisa merubah kebijakan politik sebuah negara melalui kewenangan yang dimiliki oleh pemilih modal dalam menentukan arah kebijaksan fiskal dan distribusi kesejahteraan negara tersebut. Kenaikan harga minyak (BBM) dan bentuk kebijakan distribusi kesejateraan yang mengikuti kenaikan harga BBM, seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), Beras Untuk Rakyat Miskin (Raskin) merupakan bentuk penyesuaian kebijakan politik yang dilakukan oleh Indonesia sebagai sebuah negara tersebut terhadap pengaruh arus modal (capital motion) yang terjadi oleh kenaikan harga minyak dunia.

Arus modal (capital motion) yang mengalir dari suatu negara ke negara lain melalui spekulasi harga yang diciptakan oleh pialang-pialang di pasar saham lebih menentukan daripada kebijakan politik seorang kepala negara dalam mengarahkan anggaran (fiskal) negara tersebut serta peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui distribusi kesejahteraan yang dirancang oleh kebijakan fiskal tersebut, subsidi BBM oleh kenaikan harga BBM yang diprediksi pang tinggi hanya US$ 90 pada saat APBN 2007/2008 dibuat ternyata meningkat menjadi Rp. 200 triliun pada saat harga BBM dinilai US$ 120. Pemberian Bantuan Beasiswa (BBM) mahasiswa sebagai implikasi kenaikan BBM ini merupakan bentuk alokasi lain dari penyesuaian anggaran di sektor pendidikan, BBM merupakan bentuk alokasi anggaran pendidikan bagi mahasiswa yang diambil dari dana kompensasi kenaikan harga minyak.


Kebijakan pemerintah diatas merupakan penyesuaian diri dengan fluktuasi perkembangan harga internasional yang disebut oleh Kwik Kian Gie merupakan sarana stabilisasi perekenomian Indonesia, penyesuaian diri tersebut harus diringi oleh kebijakan ekonomi domestik yang mengatur proses alokasi anggaran dari satu sektor kepada sektor lain sebagai bentuk distribusi kesejahteraan. Globilasasi dalam bidang ekonomi dan politik mempengaharui kelangsungan sistem ekonomi dan politik Indonesia pada saat Indonesia berada di luar jalur arus modal yang mengalir dalam kehidupan ekonomi internasional tersebut, fenomena ini dijelaskan oleh Fachry Ali Dalam Peringatan Seratus Tahun Kebangkitan Nasional yang diselenggarakan oleh Pusata Studi Humaniora, Fakultas Sastra Unand pada 5 Juni 2008 dalam beberapa bentuk model kepemimpinan politik Indonesia.


Model kepemimpinan romantis yang dimiliki oleh Soekarno tidak memiliki dukungan keahlian manajerial dalam mengatasi persoalan ekonomi, sosialisme merupakan alternatif ideologi politik yang dijalankan oleh Soekarno disamping komunisme dalam mengatasi persoalan ekonomi. Keleluasaan Soekrano untuk menolak segala bentuk investasi asing yang mengaitkan sistem perekonomian Indonesia dengan sistem perekonomian dunia (global) dalam bentuk retorika politik “go to hell with your aids” harus dibayar mahal oleh keterpurukan ekonomi Indonesia sebagai bentuk romantisme politik keluar dari kapitalisme sebagai realitas ekonomi dunia.


Soekarno dilihat oleh banyak kalangan sebagai pemimpin yang melihat sistem ekonomi kapitalis dari luar, sedangkan Hatta melalui latar belakang pendidikan ekonomi di negara kapitalis (Belanda) melihat sistem kapitalis tersebut dari dalam dan lebih realistis berdasarkan kelemahan dan kekuatan sistem kapitalis tersebut. Hatta melalui keahlian manajerial memiliki model kepemimpinan yang dingin, unsur distribusi kekayaan dan kebijakan fiskal yang terdapat dalam gagasan ekonomi Hatta merupakan bentuk Politik Kenegaraan yang membedakan dari Soekanro yang lebih beraorientasi kepada Gerakan Massa sebagai bentuk Politik Kebangsaan. Gagasan pemikiran politik Soekanro adalah mendekatkan konsep Negara modern dengan nilai-nilai kebangsaan yang dimiliki oleh rakyat.


Seorang petani datang jauh dari Lebak Banten menemui Soekarno di Yogyakarta membawa hasil bumi untuk dipersembahkan kepada Presiden dengan cara sujud bersimpuh di hadapan Presiden, gambaran yang dinukilkan oleh Fachy Ali dari sebuah foto sejarah dokumentar tersebut menggambarkan kedudukan Presiden Soekarno memiliki arti sebagai seorang Raja Jawa di mata masyarakat. Keberhasila kepemimpinan Soekarno yang memiliki kemiripan dengan kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono adalah menjebatani konsep Negara modern melalui fungsi distribusi dan ekstraksi sumberdaya ekonomi masyarakat kedalam pemahaman kesadaran kebangsaan, aspek politik kebangsaan yang dijalani oleh Soekarno memiliki sisi kelemahan pada aspek politik kenegaraan.


Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merupakan salah seorang dari sedikit pemimpin yang bisa menyanyikan lagu “tiga puluh menit berlalu” secara fasih, beberapa pemimpin politik yang memiliki talenta musik yang baik diantaranya Azwar Anas dan Moerdiono yang semuanya berasal dari latar belakang militer. Gabungan antara kemampuan manajerial dengan kesenian merupakan unsur kepemimpinan yang dianggab oleh Facry Ali sebagai bentuk kombinasi antara model kepemimpinan Hatta yang dingin dan teknokratik dengan kepemimpinan Soekarno yang romantis. Politik Kenegaraan dan Politik Kebangsaan sebagai bentuk kedua model kepemimpinan yang berbeda ini merupakan bentuk gabungan antara unsur negara (state) dengan unsur nasional (nation) yang menjadi ciri khas negara modern (modern states).


Beberapa fungsi negara yang penting adalah memungut pajak, mendistribusikan kesejahteraan ekonomi kepada masyarakat, menjaga keamanan. Perluasan wilayah sebagai bentuk ekspansi politik sebuah negara memiliki keterkaitan dengan fungsi politik lainnya, perluasan wilayah merupakan sarana untuk menciptakan pasar pengembangan ekonomi yang selanjutnya mengalami proses distribusi untuk kesejahteraan masyarakat negara tersebut. Kecenderungan ini menempatkan basis politik yang dibangun oleh sebuah negara berdasarkan kekuatan ekonomi negara tersebut (political economy based state’s).


Penyesuaian diri dengan sistem ekonomi internasional merupakan kelangsungan sistem politik negara tersebut, bentuk demokrasi yang berkembang dipengaharui oleh pola sistem ekonomi yang berkembang diluar sistem politik negara tersebut. Gaya kepemimpinan SBY yang memadukan unsur romantisme politik dari model kepemimpinan politik Soekanro serta unsur distribusi kesejahteraan masyarakat dari keahlian manjerial yang dimiliki oleh Hatta, tercermin dari sifat realistis penyesuian harga BBM sebagai bentuk pemahaman terhadap unsur globalisasi dalam bidang perekonomian dengan kebijakan distribusi kesejahteraan sebagai dampak kenaikan harga BBM tersebut. (***)

No comments: